Pengertian Social Mapping
Social Mapping CSR. Secara Harfiah: Social Mapping (Pemetaan Sosial) adalah proses pengumpulan dan analisis informasi yang dilakukan untuk memahami beragam aspek sosial dalam suatu wilayah atau komunitas tertentu. Ini mencakup identifikasi karakteristik sosial seperti demografi, budaya, ekonomi, kebijakan, serta faktor-faktor sosial lain yang memengaruhi kehidupan masyarakat di daerah tersebut. Dengan kata lain, ini adalah upaya untuk menciptakan peta atau gambaran tentang struktur sosial dalam konteks tertentu.
Social Mapping dalam konteks Corporate Social Responsibility (CSR) merujuk pada proses pengumpulan, analisis, dan pemahaman yang mendalam tentang komunitas atau lingkungan yang akan terpengaruh oleh program CSR. Ini mencakup identifikasi kebutuhan, aspirasi, nilai-nilai, dan karakteristik sosial komunitas tersebut. Social Mapping dalam CSR bertujuan untuk memastikan bahwa program CSR dapat merespons kebutuhan dan prioritas komunitas dengan tepat, menciptakan dampak positif, dan meminimalkan risiko atau dampak negatif yang mungkin timbul. Dengan kata lain, Social Mapping dalam CSR adalah langkah strategis untuk memahami dan berinteraksi dengan komunitas secara efektif dalam rangka mencapai tujuan tanggung jawab sosial perusahaan.
Pentingnya Social Mapping dalam Program CSR
Social Mapping dalam CSR memiliki sejumlah alasan yang kuat mengapa penting dalam perencanaan dan pelaksanaan program CSR. Berikut adalah beberapa alasan utama:
Memahami Kebutuhan Komunitas: Social Mapping memungkinkan perusahaan untuk memahami dengan lebih baik kebutuhan dan aspirasi komunitas yang akan terpengaruh oleh program CSR. Ini memungkinkan perusahaan untuk merancang program yang lebih relevan dan bermanfaat bagi komunitas tersebut.
Menciptakan Dampak Positif yang Signifikan: Dengan pemahaman yang mendalam tentang komunitas, perusahaan dapat mengidentifikasi peluang untuk menciptakan dampak positif yang signifikan. Ini bisa berupa kontribusi pada peningkatan kehidupan komunitas, penciptaan lapangan kerja, dukungan pendidikan, atau solusi untuk masalah sosial yang ada.
Menghindari Dampak Negatif dan Risiko: Social Mapping juga membantu perusahaan mengidentifikasi potensi dampak negatif dan risiko yang mungkin timbul dari program CSR. Dengan pemahaman yang mendalam tentang dinamika komunitas, program CSR dapat dirancang untuk meminimalkan risiko dan menjaga keseimbangan sosial yang ada.
Transparansi dan Keterlibatan Komunitas: Social Mapping melibatkan komunitas dalam proses perencanaan dan pelaksanaan program CSR. Hal ini menciptakan transparansi dan keterlibatan komunitas yang dapat memperkuat dukungan dan kerjasama dalam jangka panjang.
Mendukung Pertanggungjawaban Sosial: Perusahaan memiliki tanggung jawab sosial terhadap komunitas yang terpengaruh oleh operasinya. Social Mapping membantu perusahaan untuk mengenali dan memenuhi tanggung jawab ini dengan lebih baik, serta melaporkan dampak sosial program CSR secara lebih komprehensif.
Membangun Hubungan yang Kuat: Social Mapping memungkinkan perusahaan untuk membangun hubungan yang kuat dengan komunitas dan pemangku kepentingan. Ini adalah pondasi penting untuk menciptakan kemitraan yang berkelanjutan dan mendukung upaya CSR jangka panjang.
Mendukung Keberlanjutan dan Kesinambungan: Dengan pemahaman yang mendalam tentang komunitas, program CSR dapat dirancang untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang komunitas dan menciptakan dampak yang berkelanjutan. Hal ini mendukung prinsip keberlanjutan dalam CSR.
Oleh karena itu, Social Mapping adalah alat strategis yang membantu perusahaan untuk merencanakan, melaksanakan, dan memantau program CSR dengan lebih efektif, menciptakan dampak positif yang berarti, dan memastikan tanggung jawab sosial yang kuat terhadap komunitas dan lingkungan sekitar.
Tahap-Tahap Social Mapping CSR
Tahap-tahap Social Mapping adalah sebagai berikut:
- Identifikasi Area atau Komunitas: Tentukan wilayah atau komunitas yang akan di-mapping, pastikan pemahaman mendalam tentang geografi dan karakteristik komunitas.
- Pengumpulan Data: Kumpulkan data tentang demografi, ekonomi, budaya, dan masalah sosial yang ada dalam komunitas tersebut.
- Konsultasi Komunitas: Libatkan komunitas dalam proses dengan melakukan wawancara, diskusi, atau pertemuan terbuka untuk mendengarkan pandangan, kebutuhan, dan aspirasi mereka.
- Analisis Data: Evaluasi data yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi pola, kebutuhan, serta peluang dan risiko yang relevan.
- Identifikasi Stakeholder: Identifikasi pemangku kepentingan yang terlibat dalam komunitas tersebut, seperti organisasi non-pemerintah, pemerintah lokal, atau kelompok masyarakat.
- Penyusunan Peta Sosial: Buat peta sosial yang mencakup karakteristik komunitas, kebijakan, dan jaringan sosial.
- Perumusan Program CSR: Gunakan hasil Social Mapping untuk merumuskan program CSR yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi komunitas.
- Pelaksanaan Program CSR: Implementasikan program CSR dengan memastikan keterlibatan komunitas dan pemangku kepentingan.
- Evaluasi dan Pemantauan: Evaluasi dampak program CSR secara berkala dan terus memantau perubahan dalam komunitas.
- Keterlibatan Berkelanjutan: Lanjutkan keterlibatan komunitas dalam seluruh siklus program CSR untuk memastikan keberlanjutan dan kesinambungan program.
Teknik Pengumpulan Data dalam Social Mapping CSR
Terdapat berbagai teknik pengumpulan data yang dapat digunakan dalam proses Social Mapping CSR. Teknik yang dipilih akan tergantung pada sifat dan tujuan proyek, serta ketersediaan sumber daya. Berikut beberapa teknik pengumpulan data yang umum digunakan dalam Social Mapping CSR:
Wawancara: Melibatkan wawancara langsung dengan anggota komunitas atau pemangku kepentingan. Wawancara dapat menjadi cara yang efektif untuk mendapatkan informasi yang mendalam dan pandangan langsung dari orang-orang yang terlibat.
Kuesioner: Penggunaan kuesioner atau survei tertulis dapat membantu dalam pengumpulan data dari sejumlah besar responden. Ini berguna untuk mengumpulkan data demografis, preferensi, dan pandangan komunitas.
Pengamatan Lapangan (Observasi): Melibatkan pengamat untuk mengamati perilaku dan dinamika komunitas secara langsung. Ini dapat memberikan wawasan tentang bagaimana komunitas berinteraksi dengan lingkungannya.
Fokus Kelompok: Mengadakan sesi kelompok diskusi dengan anggota komunitas untuk mendapatkan pandangan kelompok tentang masalah-masalah tertentu. Ini berguna untuk menggali pemahaman lebih dalam tentang pandangan komunitas.
Analisis Dokumen: Mengkaji dokumen-dokumen yang tersedia, seperti laporan pemerintah, data sensus, dan studi sebelumnya untuk mendapatkan pemahaman tentang karakteristik sosial komunitas.
Pemetaan Geografis (GIS): Menggunakan teknologi pemetaan geografis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan memvisualisasikan data geospasial yang relevan, seperti informasi geografis, infrastruktur, dan peta wilayah.
Penggunaan Data Sekunder: Menggunakan data yang telah dikumpulkan sebelumnya oleh pihak lain, seperti data pemerintah atau data penelitian, yang relevan dengan tujuan Social Mapping.
Sumber Terbuka (Open Source): Memanfaatkan data yang tersedia secara terbuka melalui sumber seperti internet, database publik, atau platform data terbuka untuk mendukung Social Mapping.
Wawancara Mendalam (In-depth Interview): Melibatkan wawancara mendalam dengan sejumlah kecil responden untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang pandangan dan pengalaman individu.
Penggunaan Teknologi Digital: Memanfaatkan teknologi seperti aplikasi seluler, platform survei online, dan perangkat lunak analisis data untuk mempermudah pengumpulan, analisis, dan visualisasi data.
Pilihan teknik pengumpulan data akan tergantung pada konteks proyek dan tujuannya. Terkadang, kombinasi dari beberapa teknik di atas dapat memberikan pemahaman yang paling komprehensif tentang komunitas dan memungkinkan perusahaan untuk merancang program CSR yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan serta aspirasi komunitas yang terlibat.
Teknik Analisis Data dalam Social Mapping CSR
Teknik analisis data dalam Social Mapping merupakan langkah penting untuk menggali informasi yang relevan dari data yang telah dikumpulkan. Berikut beberapa teknik analisis data yang umum digunakan dalam Social Mapping:
Analisis Deskriptif: Ini adalah tahap awal yang melibatkan pengorganisasian dan penyajian data dalam bentuk yang mudah dipahami. Ini mencakup pembuatan tabel, grafik, dan statistik deskriptif untuk merangkum karakteristik komunitas.
Analisis Tematis: Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi pola atau tema dalam data yang dihasilkan dari wawancara, kuesioner, atau diskusi fokus. Ini membantu dalam mengelompokkan informasi menjadi kategori atau tema yang berbeda.
Analisis Konten: Analisis konten melibatkan pengkategorian dan analisis teks tertulis, seperti wawancara atau dokumen, untuk mengidentifikasi pola, kata kunci, atau tema yang muncul dalam teks.
Analisis Spasial (Spatial Analysis): Jika data melibatkan elemen geografis, seperti peta atau data geospasial, analisis spasial digunakan untuk mengidentifikasi pola spasial atau hubungan antara data di berbagai lokasi dalam wilayah tertentu.
Analisis Kuantitatif: Analisis statistik dapat digunakan untuk menguji hipotesis atau mengidentifikasi hubungan statistik antara variabel dalam data. Ini umumnya digunakan untuk data kuantitatif yang dikumpulkan melalui survei atau pengukuran.
Analisis Kualitatif: Analisis kualitatif fokus pada pemahaman makna, pandangan, dan interpretasi yang muncul dalam wawancara, diskusi fokus, atau teks tertulis. Ini tidak menggunakan angka statistik, tetapi lebih pada analisis isi.
Analisis SWOT: Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam data Social Mapping. Ini membantu dalam merumuskan strategi dan rekomendasi.
Analisis Jaringan Sosial: Untuk data yang melibatkan hubungan antarindividu atau organisasi, analisis jaringan sosial digunakan untuk mengidentifikasi pola hubungan dan sentralitas dalam jaringan tersebut.
Analisis Perbandingan: Teknik ini digunakan untuk membandingkan data dari berbagai sumber atau komunitas untuk mengidentifikasi perbedaan atau kesamaan dalam karakteristik sosial atau masalah yang ada.
Analisis Melalui Perangkat Lunak: Berbagai perangkat lunak analisis data, seperti SPSS, Excel, GIS (Geographic Information System), dan perangkat lunak analisis teks, dapat digunakan untuk memproses, menganalisis, dan memvisualisasikan data dengan lebih efisien.
Pilihan teknik analisis data tergantung pada jenis data yang dikumpulkan dan tujuan Social Mapping. Kombinasi dari beberapa teknik analisis data seringkali diperlukan untuk memberikan wawasan yang lebih mendalam dan komprehensif tentang komunitas yang sedang di-map dan untuk merumuskan rekomendasi program CSR yang lebih efektif.
Cara Mengidentifikasi Stakeholder dalam Social Mapping
Identifikasi stakeholder (pemangku kepentingan) dalam proses Social Mapping adalah langkah penting untuk memahami siapa yang terlibat, terpengaruh, atau memiliki kepentingan dalam konteks yang sedang di-map. Berikut adalah cara identifikasi stakeholder dalam Social Mapping:
Konsultasi Komunitas: Melakukan wawancara, diskusi, atau pertemuan terbuka dengan anggota komunitas untuk mengidentifikasi siapa yang mereka anggap sebagai pemangku kepentingan utama dalam masalah atau proyek yang sedang dijalankan.
Analisis Dokumen: Mengkaji dokumen-dokumen seperti laporan pemerintah, berita, studi sebelumnya, atau catatan pertemuan yang dapat mengidentifikasi pemangku kepentingan yang terkait dengan wilayah atau topik tertentu.
Pemetaan Jaringan Sosial: Melalui analisis jaringan sosial, mengidentifikasi individu, kelompok, atau organisasi yang memiliki hubungan dan keterlibatan dalam komunitas atau wilayah yang di-map.
Wawancara dengan Pakar: Melakukan wawancara dengan pakar atau ahli yang memiliki pengetahuan tentang konteks sosial dan ekonomi wilayah tersebut. Mereka dapat memberikan pandangan tentang siapa yang mungkin menjadi pemangku kepentingan utama.
Pemetaan Institusi: Mengidentifikasi organisasi, lembaga, atau pihak berwenang di wilayah yang sedang di-map. Ini mencakup pemerintah daerah, lembaga sosial, atau perusahaan yang beroperasi di wilayah tersebut.
Kuesioner dan Survei: Jika memungkinkan, kuesioner atau survei dapat digunakan untuk mendapatkan pandangan pemangku kepentingan yang lebih luas tentang siapa yang mereka anggap sebagai pemangku kepentingan dalam proyek atau masalah tertentu.
Pertemuan Kelompok (Focus Group): Melakukan pertemuan kelompok terpisah dengan berbagai kelompok masyarakat atau pemangku kepentingan (misalnya, petani, pemilik usaha, pemuda) untuk mengidentifikasi perbedaan dan persamaan pandangan mereka tentang pemangku kepentingan.
Analisis SWOT: Dalam analisis SWOT, identifikasi pemangku kepentingan dapat terkait dengan ancaman dan peluang yang mereka wakili. Ini membantu dalam memahami dampak yang mungkin timbul.
Partisipasi dalam Proses: Meminta masukan dan partisipasi aktif dari komunitas atau kelompok pemangku kepentingan dalam mengidentifikasi siapa yang harus dianggap sebagai pemangku kepentingan utama.
Bekerjasama dengan Lembaga Sosial: Bermitra dengan organisasi non-pemerintah atau LSM yang sudah terlibat dalam komunitas atau wilayah yang di-map untuk memahami siapa yang mereka identifikasi sebagai pemangku kepentingan.
Setelah identifikasi pemangku kepentingan dilakukan, penting untuk memahami peran, kepentingan, dan kebutuhan masing-masing pemangku kepentingan. Hal ini akan membantu dalam merumuskan strategi CSR yang lebih efektif dan memastikan bahwa program CSR merespons kebutuhan dan aspirasi mereka.
Cara Penyusunan Peta Social dalam Social Mapping CSR
Penyusunan peta sosial (Social Mapping) adalah langkah kunci dalam proses identifikasi dan pemahaman komunitas atau wilayah yang sedang di-map. Berikut adalah langkah-langkah untuk menyusun peta sosial:
Identifikasi Fokus Pemetaan: Tentukan tujuan dan fokus pemetaan sosial. Apakah Anda ingin memahami demografi, budaya, jaringan sosial, masalah sosial, atau aspek sosial lainnya dari komunitas atau wilayah tertentu?
Kumpulkan Data: Mulai dengan mengumpulkan data yang relevan untuk pemetaan sosial. Data ini bisa berasal dari berbagai sumber, seperti survei, wawancara, analisis dokumen, atau data sekunder.
Organisasi Data: Susun data menjadi kategori atau tema yang relevan. Misalnya, data demografi seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan dapat dikelompokkan ke dalam kategori yang sesuai.
Pilih Media yang Sesuai: Pilih media atau alat yang tepat untuk menyajikan data. Ini bisa berupa peta fisik, peta digital (misalnya, GIS), grafik, tabel, atau diagram sesuai dengan tujuan dan sifat data.
Peta Demografi: Jika Anda ingin memetakan karakteristik demografi komunitas, gunakan simbol atau warna yang berbeda untuk merepresentasikan berbagai kelompok usia, jenis kelamin, atau kelompok etnis di wilayah yang di-map.
Peta Budaya: Jika tujuan adalah memetakan aspek budaya, gunakan tanda simbolis atau penanda khusus untuk mencirikan tempat-tempat atau elemen budaya yang relevan dalam wilayah tersebut.
Peta Jaringan Sosial: Jika Anda ingin memetakan jaringan sosial, gunakan garis atau panah untuk menghubungkan individu atau kelompok yang terlibat dalam jaringan tersebut. Identifikasi hubungan positif atau negatif antara entitas yang terhubung.
Peta Masalah Sosial: Jika fokus adalah masalah sosial, gunakan simbol atau warna yang mencerminkan tingkat keparahan atau distribusi masalah di wilayah tersebut.
Peta Interaksi Geografis: Jika aspek geografis relevan, gunakan peta geografis untuk menunjukkan interaksi antara elemen-elemen sosial yang ada di wilayah tersebut.
Deskripsi dan Penjelasan: Sertakan deskripsi atau legenda yang menjelaskan makna simbol dan warna yang digunakan dalam peta sosial. Ini penting agar pemirsa memahami informasi yang disajikan.
Verifikasi dan Validasi: Pastikan data yang digunakan untuk pemetaan sosial telah divalidasi dan diperbarui. Ini penting untuk memastikan akurasi informasi.
Konsultasi dengan Komunitas: Jika memungkinkan, konsultasikan peta sosial dengan komunitas atau pemangku kepentingan yang terlibat untuk memastikan representasi yang akurat dan mendapatkan masukan mereka.
Sosialisasi dan Komunikasi: Bagikan hasil peta sosial kepada pemangku kepentingan yang relevan, termasuk komunitas, pemerintah, atau mitra terkait, untuk tujuan komunikasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik.
Peta sosial adalah alat visual yang kuat untuk memahami dan berkomunikasi karakteristik dan aspek sosial dalam komunitas atau wilayah tertentu. Pemahaman yang mendalam tentang wilayah tersebut dapat membantu perusahaan atau organisasi merancang program CSR yang lebih efektif dan relevan.
Strategi Keberhasilan dalam Social Mapping CSR
Untuk mencapai keberhasilan dalam Social Mapping, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan. Berikut adalah strategi-strategi penting:
Tentukan Tujuan yang Jelas: Definisikan dengan jelas tujuan pemetaan sosial Anda. Apakah Anda ingin memahami demografi, budaya, masalah sosial, atau aspek sosial tertentu? Tujuan yang jelas akan membimbing seluruh proses.
Pahami Konteks Lokal: Pelajari dan pahami konteks lokal dan budaya komunitas yang sedang Anda map. Hal ini memungkinkan Anda untuk mendekati komunitas dengan rasa hormat dan pengertian yang lebih baik.
Keterlibatan Komunitas: Melibatkan komunitas atau pemangku kepentingan dalam proses Social Mapping. Ajak mereka berpartisipasi, berbagi pandangan, dan memberikan masukan yang berharga.
Gunakan Teknologi yang Tepat: Manfaatkan teknologi yang sesuai, seperti perangkat lunak GIS, aplikasi seluler, atau platform online, untuk memfasilitasi pengumpulan dan analisis data dengan lebih efisien.
Menggabungkan Metode Beragam: Gabungkan berbagai metode pengumpulan data, seperti wawancara, survei, pengamatan lapangan, dan analisis dokumen, sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik komunitas.
Validasi Data: Pastikan data yang dikumpulkan valid dan akurat. Verifikasi informasi dengan komunitas atau sumber data tambahan jika diperlukan.
Pemahaman yang Mendalam: Selidiki data dengan teliti dan usahakan untuk memahami konteksnya dengan mendalam. Ini akan membantu Anda menghindari kesalahan interpretasi.
Konsistensi dalam Presentasi Data: Saat menyusun peta sosial atau laporan, pertahankan konsistensi dalam penggunaan simbol, warna, dan tanda yang digunakan untuk memvisualisasikan data.
Partisipasi dan Transparansi: Jaga partisipasi aktif komunitas dan pemangku kepentingan sepanjang proses Social Mapping. Berikan informasi secara terbuka dan sampaikan hasil kepada mereka.
Keterlibatan dalam Perencanaan CSR: Gunakan hasil Social Mapping untuk merumuskan program CSR yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi komunitas yang di-map. Libatkan komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan program.
Evaluasi Dampak: Selama dan setelah pelaksanaan program CSR, lakukan evaluasi dampak secara berkala dan bandingkan dengan data awal yang terdokumentasi dalam pemetaan sosial. Ini memungkinkan Anda untuk mengukur efektivitas program dan membuat perbaikan jika diperlukan.
Keterlibatan Berkelanjutan: Jaga keterlibatan dan hubungan yang berkelanjutan dengan komunitas dan pemangku kepentingan setelah program CSR selesai. Ini membantu membangun kemitraan yang kuat dan berkelanjutan.
Komitmen terhadap Keberlanjutan: Pastikan bahwa data dan hasil Social Mapping digunakan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan jangka panjang untuk memastikan keberlanjutan program CSR.
Keberhasilan dalam Social Mapping melibatkan pengumpulan data yang akurat, pemahaman yang mendalam tentang komunitas, dan penggunaan hasil pemetaan untuk merancang program CSR yang berdampak positif dan relevan.
Simpulan
Sebagai perusahaan konsultan CSR terkemuka di Indonesia, Sinergi Indonesia memiliki keahlian dan kompetensi yang luar biasa dalam Social Mapping. Ini adalah kunci keberhasilan kami dalam memastikan bahwa program CSR yang kami rancang selalu berdampak positif dan relevan bagi komunitas yang kami layani. Berikut adalah gambaran singkat tentang keahlian dan kompetensi kami:
Pemahaman Mendalam tentang Konteks Lokal: Kami memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika sosial, budaya, dan ekonomi di berbagai wilayah di Indonesia. Ini memungkinkan kami untuk mendekati setiap komunitas dengan rasa hormat dan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan dan aspirasi mereka.
Metode yang Beragam: Kami memadukan berbagai metode pengumpulan data, seperti wawancara, survei, pengamatan lapangan, dan analisis dokumen, untuk memastikan bahwa kami mendapatkan gambaran yang komprehensif dan akurat tentang komunitas yang kami map.
Keterlibatan Aktif Komunitas: Kami meyakini pentingnya keterlibatan aktif komunitas dalam setiap tahap proses Social Mapping. Kami mendengarkan pandangan dan aspirasi mereka, dan kami mendorong partisipasi mereka dalam merancang program CSR.
Verifikasi Data: Kami memastikan bahwa data yang kami kumpulkan adalah valid dan akurat. Kami secara teratur memverifikasi informasi dengan komunitas atau sumber data tambahan untuk meminimalkan kesalahan interpretasi.
Partisipasi dalam Perencanaan CSR: Kami tidak hanya melakukan Social Mapping, tetapi juga menggunakan hasilnya untuk merumuskan program CSR yang sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi komunitas yang di-map. Kami melibatkan komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan program untuk memastikan relevansi dan keberlanjutan.
Keterlibatan Berkelanjutan: Kami membangun hubungan berkelanjutan dengan komunitas dan pemangku kepentingan. Kemitraan kami tidak berakhir setelah program CSR selesai, tetapi berlanjut untuk mendukung perkembangan jangka panjang.
Komitmen terhadap Keberlanjutan: Hasil Social Mapping digunakan dalam pengambilan keputusan dan perencanaan jangka panjang. Kami berkomitmen untuk memastikan bahwa program CSR yang kami rancang berkelanjutan dan memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi komunitas.
Kami di Sinergi Indonesia bangga dengan dedikasi kami untuk memastikan bahwa program CSR yang kami kelola selalu berhasil dalam menciptakan perubahan positif. Keahlian dan kompetensi kami dalam Social Mapping adalah alat yang memungkinkan kami untuk terus berinovasi dan memenuhi kebutuhan komunitas serta pemangku kepentingan yang kami layani.